Walknesia.id – Psoriasis, penyakit autoimun yang mempengaruhi kulit, masih menjadi tanda tanya besar dalam dunia medis terkait kemungkinan kesembuhannya. Para ahli terus melakukan penelitian dan pengembangan terapi untuk menemukan solusi terbaik bagi penderitanya.
Dr. Melani Sutrisno, spesialis kulit dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, menjelaskan bahwa psoriasis adalah kondisi kronis yang belum memiliki obat untuk menyembuhkan secara total. “Saat ini, fokus pengobatan adalah mengendalikan gejala dan mencegah kekambuhan. Meski belum bisa disembuhkan sepenuhnya, psoriasis dapat dikelola dengan baik melalui berbagai metode pengobatan,” jelasnya.
Penelitian terbaru dari American Academy of Dermatology menunjukkan bahwa 30-40% penderita psoriasis dapat mencapai kondisi “clear” atau bebas gejala dengan pengobatan yang tepat. “Ini bukan berarti sembuh total, tetapi pasien bisa mencapai fase remisi di mana gejala nyaris tidak terlihat,” tambah Dr. Melani.
Prof. Dr. Suhartono, peneliti imunologi dari Universitas Indonesia, memaparkan kompleksitas penyakit ini. “Psoriasis melibatkan sistem imun yang ‘kebingungan’ dan menyerang sel kulit sehat. Proses ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, membuatnya sulit untuk ‘disembuhkan’ dalam arti menghilangkan penyebab dasarnya.
“Meski demikian, kemajuan dalam pengobatan biologik memberikan harapan baru. “Obat-obatan biologik terbaru dapat menghambat protein spesifik yang terlibat dalam proses peradangan, memberikan hasil yang sangat menjanjikan,” ujar Dr. Ratna Wijaya, konsultan dermatologi dari RS Premier Surabaya.
Manajemen psoriasis modern menggunakan pendekatan holistik. Selain pengobatan medis, pola hidup sehat juga berperan penting. “Stres, merokok, dan alkohol dapat memicu kekambuhan. Manajemen stres dan gaya hidup sehat adalah kunci dalam mengendalikan psoriasis,” tegas Dr. Melani.
Dr. Hendra Wijaya, ahli dermatologi, menambahkan pentingnya dukungan psikologis. “Psoriasis berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Dukungan mental dan pemahaman dari lingkungan sangat diperlukan dalam perjalanan pengobatan,” jelasnya.
Terkait biaya pengobatan, Dr. Ratna menyoroti pentingnya akses ke perawatan berkualitas. “Pengobatan psoriasis, terutama biologik, memang mahal. Namun saat ini ada beberapa opsi pembiayaan melalui BPJS dan asuransi kesehatan,” tambahnya.
Penelitian terkini juga menunjukkan peran penting mikrobioma kulit dalam psoriasis. “Pemahaman lebih baik tentang hubungan antara mikrobioma kulit dan psoriasis membuka peluang pengembangan terapi baru,” ungkap Prof. Suhartono.
Para ahli sepakat bahwa meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan psoriasis secara total, prospek pengobatan semakin menjanjikan. “Dengan kombinasi terapi yang tepat dan gaya hidup sehat, banyak pasien dapat mencapai kualitas hidup yang baik,” tutup Dr. Melani.
Dr. Sarah Lestari, ahli dermatologi dari Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), menambahkan bahwa perkembangan terapi gen memberikan harapan baru. “Penelitian terkini tentang terapi gen menunjukkan potensi untuk memodifikasi gen-gen yang terkait dengan psoriasis. Meski masih dalam tahap awal, ini membuka kemungkinan pengobatan yang lebih tepat sasaran di masa depan,” jelasnya.
Aspek nutrisi juga mendapat perhatian khusus dalam penanganan psoriasis. Dr. Bambang Widodo, ahli gizi klinik, menyoroti pentingnya diet anti-inflamasi. “Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet mediterania, yang kaya akan omega-3 dan antioksidan, dapat membantu mengurangi peradangan pada penderita psoriasis. Pembatasan konsumsi makanan olahan dan gula tambahan juga terbukti membantu mengendalikan gejala,” paparnya.
Dalam perkembangan terbaru, penggunaan teknologi artificial intelligence mulai diterapkan untuk membantu diagnosis dan pemantauan psoriasis. “Dengan AI, kita bisa lebih akurat dalam menilai tingkat keparahan psoriasis dan memantau respons terhadap pengobatan. Ini memungkinkan penyesuaian terapi yang lebih tepat dan personal,” ungkap Dr. Rudi Hartono, spesialis kulit yang juga peneliti di bidang teknologi kesehatan.