Walknesia.id – Tuberkulosis (TBC) terus menduduki peringkat sebagai salah satu ancaman kesehatan global paling serius, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas. Menurut laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2022 terdapat sekitar 8,2 juta kasus TBC yang terkonfirmasi di seluruh dunia. Ini menjadikannya salah satu penyakit menular mematikan yang paling banyak dijumpai, meskipun TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Krisis kesehatan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan perhatian global dan tindakan kolektif untuk memerangi penyakit ini.
TBC: Penyakit yang Tak Pernah Padam
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang umumnya menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya, termasuk ginjal, tulang, dan sistem saraf pusat. Penyakit ini menyebar melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, melepaskan droplet berisi bakteri ke lingkungan sekitar. Hal ini membuat individu di sekitarnya, terutama yang tidak diobati, berisiko tinggi untuk terinfeksi.
Meskipun TBC dapat disembuhkan dengan regimen pengobatan yang tepat dan pemantauan yang ketat, banyak kasus TBC yang tetap tidak terdiagnosis atau terlambat diobati. Penyebab utama dari fenomena ini adalah kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, kesadaran masyarakat yang rendah mengenai gejala, dan stigma yang melekat pada penyakit ini.
Faktor Penyebab Lonjakan Kasus TBC
Beberapa faktor berkontribusi terhadap lonjakan kasus TBC, termasuk:
- Kemiskinan: Kondisi ekonomi yang rendah sering kali menghambat akses ke layanan kesehatan yang memadai. Banyak orang tidak mendapatkan diagnosis atau pengobatan yang tepat.
- HIV/AIDS: Penderita HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan TBC karena sistem kekebalan yang lemah. Data menunjukkan bahwa sekitar 20% kasus TBC terjadi pada orang yang hidup dengan HIV.
- Perubahan Iklim: Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran penyakit, dan migrasi penduduk ke daerah-daerah dengan kesehatan masyarakat yang buruk dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Perang dan Krisis Kemanusiaan: Daerah yang dilanda konflik sering kali mengalami gangguan dalam sistem kesehatan, yang dapat memperburuk situasi TBC dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi TBC secara global. Banyak program pengendalian TBC terpaksa ditangguhkan, dan upaya vaksinasi serta pengobatan tertunda. Dalam banyak kasus, orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi TBC tidak mendapatkan perhatian medis yang diperlukan, sehingga meningkatkan jumlah kasus baru. Penutupan layanan kesehatan non-COVID-19 dan pengalihan sumber daya kesehatan untuk mengatasi pandemi telah memperlambat kemajuan yang dicapai dalam memerangi TBC.
Gejala TBC yang Perlu Diketahui
Gejala TBC dapat bervariasi, tetapi yang paling umum meliputi:
- Batuk berkepanjangan (lebih dari tiga minggu)
- Nyeri dada
- Penurunan berat badan tanpa sebab
- Demam dan keringat malam
- Kelelahan yang tidak biasa
Penting bagi masyarakat untuk memahami gejala ini agar dapat melakukan deteksi dini dan mencari perawatan medis segera. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan mengurangi angka kematian.
Langkah-Langkah Penanganan dan Pencegahan
Untuk menghadapi krisis kesehatan TBC, langkah-langkah berikut dapat diambil:
- Peningkatan Diagnosis dan Pengobatan: Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu meningkatkan akses ke tes dan pengobatan TBC. Penemuan dini dapat menyelamatkan nyawa.
- Pendidikan Masyarakat: Edukasi tentang TBC, gejalanya, dan cara penyebarannya harus diperluas agar masyarakat lebih sadar akan risiko dan dapat mengambil tindakan pencegahan.
- Vaksinasi: Vaksin BCG yang ada dapat membantu melindungi anak-anak dari bentuk parah TBC, meskipun tidak sepenuhnya mencegah infeksi. Upaya untuk mengembangkan vaksin baru yang lebih efektif harus didorong.
- Pendanaan yang Memadai: Investasi dalam penelitian, pengembangan, dan program kesehatan masyarakat sangat penting untuk memerangi TBC dan mencegah penyebarannya.
- Kerja Sama Internasional: Mengingat sifat global dari TBC, kolaborasi antara negara dan organisasi internasional sangat penting. Program pertukaran informasi dan sumber daya dapat memperkuat upaya pengendalian TBC di seluruh dunia.
Kesimpulan
Krisis kesehatan global yang ditunjukkan oleh tingginya angka kasus TBC adalah panggilan untuk bertindak. Dengan 8,2 juta kasus yang terkonfirmasi, sudah saatnya dunia menyatukan upaya untuk memerangi penyakit ini. Melalui peningkatan diagnosis, pendidikan, dan investasi dalam penelitian, kita dapat mengurangi dampak TBC dan bekerja menuju masa depan yang lebih sehat bagi semua. Keterlibatan semua pihak, mulai dari individu hingga pemerintah dan organisasi internasional, sangat penting dalam mengatasi tantangan kesehatan ini dan menyelamatkan nyawa. Upaya kolektif untuk melawan TBC tidak hanya akan menyelamatkan individu tetapi juga akan memperkuat sistem kesehatan global secara keseluruhan.