walknesia.id – Setelah kembali berkuasa pada 2021, Taliban terus melakukan perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan di Afghanistan, termasuk di sektor pendidikan dan literasi. Baru-baru ini, kelompok ini mengambil langkah kontroversial dengan mengeluarkan kebijakan untuk menyaring dan menghapus buku-buku yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dari sekolah, perpustakaan, dan toko buku di seluruh negeri.
Langkah ini menuai berbagai reaksi, baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional. Di satu sisi, Taliban mengklaim kebijakan ini bertujuan untuk menjaga moralitas dan nilai-nilai agama. Di sisi lain, banyak pihak mengkhawatirkan dampak negatif terhadap kebebasan intelektual dan akses masyarakat Afghanistan terhadap pengetahuan.
Mengapa Taliban Melakukan Penyaringan Buku?
Sejak kembalinya ke tampuk kekuasaan, Taliban telah menegaskan bahwa mereka ingin membangun masyarakat yang sepenuhnya berdasarkan hukum Islam sesuai interpretasi mereka. Dalam konteks ini, buku-buku yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama, termasuk karya-karya yang memuat pandangan sekuler, ideologi Barat, atau kritik terhadap Islam, dianggap tidak pantas untuk diedarkan.
Taliban menyebut langkah ini sebagai bagian dari upaya untuk “melindungi generasi muda dari pengaruh ideologi asing.” Buku-buku yang menjadi sasaran utama termasuk literatur yang membahas liberalisme, feminisme, atau tema-tema yang dianggap tidak Islami.
Namun, kritikus berpendapat bahwa langkah ini lebih berorientasi pada pengendalian ideologi dan membatasi akses masyarakat terhadap berbagai pandangan yang berbeda.
Dampak Terhadap Pendidikan di Afghanistan
Keputusan Taliban untuk menyaring buku memiliki dampak langsung pada sistem pendidikan di Afghanistan, terutama di sekolah dan universitas. Banyak lembaga pendidikan kini menghadapi kekhawatiran tentang bagaimana mereka dapat melanjutkan pengajaran dengan keterbatasan bahan bacaan yang tersedia.
1. Kurikulum yang Semakin Terbatas
Buku-buku teks yang selama ini digunakan di sekolah-sekolah telah dihapus jika dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini membuat banyak guru kesulitan menemukan sumber daya pengajaran alternatif yang memenuhi standar akademik internasional.
2. Hilangnya Perspektif Global
Dengan dihapuskannya literatur yang mencakup berbagai ide dan pandangan global, siswa di Afghanistan kehilangan kesempatan untuk belajar tentang dunia luar. Ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk bersaing di tingkat internasional, terutama di era globalisasi.
3. Dampak pada Pendidikan Perempuan
Keputusan ini juga berdampak pada pendidikan perempuan, yang telah menjadi isu sensitif di bawah pemerintahan Taliban. Dengan akses ke literatur yang semakin terbatas, upaya untuk memberdayakan perempuan melalui pendidikan menjadi semakin sulit.
Reaksi Komunitas Internasional
Komunitas internasional telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas kebijakan ini. Banyak pihak melihat langkah Taliban sebagai ancaman terhadap kebebasan intelektual dan hak dasar untuk mendapatkan pendidikan.
Organisasi hak asasi manusia, seperti Amnesty International, menekankan bahwa langkah ini bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan dapat memperburuk krisis pendidikan di Afghanistan. Sementara itu, negara-negara donor yang sebelumnya mendukung pendidikan di Afghanistan kini menghadapi dilema tentang bagaimana melanjutkan bantuan tanpa memperkuat rezim yang membatasi kebebasan.
Apa yang Dapat Dilakukan?
Dalam menghadapi situasi ini, berbagai organisasi non-pemerintah dan komunitas internasional berupaya mencari solusi untuk memastikan masyarakat Afghanistan tetap memiliki akses ke literatur yang beragam. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Dukungan untuk Pendidikan Daring
Dengan bantuan teknologi, pendidikan daring dapat menjadi alternatif untuk memberikan akses literatur dan pengetahuan kepada masyarakat Afghanistan, terutama generasi muda. - Pemberdayaan Perpustakaan Independen
Mendirikan perpustakaan independen yang didukung oleh komunitas internasional dapat menjadi cara untuk menyediakan akses ke buku-buku yang beragam. - Tekanan Diplomatik
Komunitas internasional dapat menggunakan jalur diplomatik untuk mendorong Taliban agar mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif dalam kebijakan literasi dan pendidikan.
Kesimpulan: Masa Depan Pendidikan dan Literasi di Afghanistan
Langkah Taliban untuk menyaring dan menghapus buku yang dianggap tidak Islami menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan kebebasan intelektual di Afghanistan. Sementara pemerintah Taliban mengklaim kebijakan ini bertujuan untuk menjaga nilai-nilai agama, banyak pihak melihatnya sebagai ancaman terhadap akses masyarakat terhadap pengetahuan dan perspektif yang lebih luas.
Penting bagi komunitas internasional untuk terus memantau situasi ini dan mencari cara untuk mendukung masyarakat Afghanistan dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan inklusif. Dalam era globalisasi, membatasi akses terhadap pengetahuan hanya akan memperburuk ketimpangan dan mempersempit peluang masa depan generasi muda Afghanistan.